Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M. S. Dinobatkan sebagai Tokoh Perbukuan Islam 2014. Penghargaan itu bersamaan dengan penyelenggaraan Pameran Buku Islam (Islamic Book Fair/IBF) yang digelar di Senayan Jakarta pada 2014. Penganugerahan itu sebagai apresiasi IKAPI DKI Jakarta terhadap para tokoh yang memiliki perhatian dalam pendidikan Islam dan perbukuan Islam. Kriteria utama dalam pemilihan Tokoh Perbukuan Islam itu, pertama, tokoh tersebut memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan dunia pendidikan dan industri perbukuan Islam; kedua, karya tokoh itu di bidang perbukuan maupun bidang lainnya menjadi inspirasi bagi perkembangan kemajuan umat. Misalnya Prof. Didin terpilih karena kiprahnya di dunia pendidikan Islam, Kiayi, Guru Besar, Zakat Nasional, dan penulis buku produktif maupun tulisan artikelnya yang tersebar diberbagai media massa. Bagaimana ceritanya Prof. Didin dianugerahi sebagai Tokoh Perbukuan Islam. Siapa, apa, mengapa dan bagaimana ketokohan dan kiprah Prof. Didin dalam memajukan dunia pendidikan Islam dan penulisan dalam bentuk buku dan artikel yang diterbitkan. Buku ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dalam mendorong masyarakat supaya terus berkiprah dalam melakukan aktivitas yang bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara Indonesia terutama dalam menulis gagasan yang dipublikasikan sehingga dapat dibaca, dipahami, dan dilaksanakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Hidayah keislaman merupakan hak prerogatif Tuhan. Siapun tidak akan bisa memberi hidayah kecuali Allah. Sekalipun para Nabi tidak diberi kewenangan dalam hal ini. Para Nabi hanya menunjukkan jalan, memberikan mencerahan, dan mengajarkannya bagaimana mendapat hidayah keislaman. Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w., menginginkan pamannya memeluk Islam ternyata tidak mampu mengislamkannya. Apalagi manusia biasa, namun demikian jika Allah menghendakinya untuk memberi hidayah keislaman maka jalannya menjadi mudah melalui berbagai cara Allah menunjukkannya terkadang juga tak terduga. Menurut Zuhaili (2013: 36), manusia diberi lima macam hidayah oleh Allah, yaitu (1) hidayah ilham fitrah; (2) hidayah indera; (3) hidayah Aqal; (4) hidayah taufik; dan (5) hidayah agama. Hidayah agama (Islam) sebagai benteng untuk menjaga manusia dari kesesatan. Hidayah ini merupakan cara Allah membimbing manusia ke jalan yang lurus bagi yang dikehendaki-Nya. Firman Allah dalam Al-Qur`an telah mengisyaratkan hidayah tersebut dalam banyak ayat antara lain: “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki…” (Q. S. 2, al-Baqarah: 272). “… mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah …” (Q. S. 6, al-An`am: 90). Dengan demikian hidayah keislaman menjadi sesuatu yang bersifat eksklusif karena tidak setiap orang mendapatkannya.
K.H. Sholeh Iskandar adalah seorang ulama-patriot yang komitmen asasinya terhadap keislaman dan keindonesiaan sungguh-sungguh utuh dan tanpa pamrih sebagai komandan Laskar Hizbullah/Sabillah si daerah Bogor Barat, saat laskar-laskar perjuangan dilebur ke dalam TNI, Sholeh Islandar dipercaya menjadi komandan Batalyon O/ Hizbullah merangkap sebagai komandan Sektor IV Brigade Tirtayasa Divisi Siliwangi dengan pangkat Mayor. Ketika kedaulatan Republik Indonesia diakui pada penghujung tahun 1949, Sholeh Iskandar merasa tugasnya sebagai tentara selesai. Dia melanjutkan pengabdiannya di tengah masyarakat. Tanpa jabatan formal, Sholeh Iskandar mendirikan Persatuan Bekas Anggota Tentara (Perbata) guna menghimpun tenaga bekas tentara dan laskar perjuangan ke arah pembangunan dan pembinaan negara, menjadi Wakil Ketua Gabungan Organisasi-organisasi Perjuangan , menjadi ketua umum Persatuan Pejuang Islam Bekas bersenjata seluruh Indonesia, turut mendirikan dan terpilih menjadi ketua II markas besar Legiun Veteran Republik Indonesia, dan turut mendirikan Yayasan Carya Dharma untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh anggota LVRI. Di bidang pendidikan Sholeh Iskandar mewariskan Pondok Pesantren Darul fallah, Ciampea Kota bogor, Universitas Ibn Khaldun Bogor dan Pondok Pesantren Darul Muttaqien di Parung Kabupaten Bogor. Di bidang kesehatan, Sholeh Iskandar mewariskan Rumah Sakit Islam Bogor. Di bidang Ekonomi Syariah, Sholeh Iskandar meninggalkan jejak Bank Pembiayaan Syariah Amanah Ummah. Tentu tidak boleh dilupakan BKSPP Jawa Barat yang didirikannya…